Sunday, April 22, 2012

volleyball

Ini cerita waktu aku msh unyu tingkat kabupaten, lebih tepatnya kls 4 SD.
Waktu itu aku sama temen2 sekelas baru diperkenalkan cara bermain bola voli sama guru olahraga kami.
Dikarenakan kami anak2 jenius setingkat gravity childrens, tidak membutuhkan waktu lama untuk mempelajari permainan bola voli ini.
melihat perkembangan kami yg sangat pesat, guru kami pun merasa bangga.
Sangking bangganya, dia pun terbesit sebuah rencana dan kemudian mulutnya tersenyum menyeringai penuh arti.
Dilain pihak tiba2 bulu kuduk kami merinding. .
guru kami berkata:
“Anak2 ayo kita tanding sama sekolah lain” ucap guru kami dengan mantap, , SD Sawati pun menjadi target lock on.
Dengan di olo naik angkot gratis pulang pergi, dan main ke rumah guru kami yg emang kebetulan di sawati juga . . kamipun menyetujui kontrak.
setelah sampai di sawati, kami d persilahkan masuk kerumah guru kami dengan kelas VIP.
alasan semua anak laki2 exited bgt ke rmh guru, karna disana ada anak pak guru yg jd primadona disekolah, ajeng namanya.
menurut tmn aku, ajeng wajahnya kyk sulis malah lbh cantik dari sulis, , maklum saat itu hadad alwi sedang naik daun dgn cinta rasulnya.
anak2 pun mulai nyekil ajeng pas pak guru pergi untuk nyiapin pertandingan dengan SD Sawati. . cara nyekil tiap anak beda2, ada yg pake rayuan2 maut sampe ada yg pake pantun, hadeuuh -___-
ketika suasana lagi asik2nya , , tiba2 pak guru datang "waktunnya telah tiba boys".
bak prajurit yg akan berperang, kami pun berangkat ke lapangan dgn gagah berani #backsong ost.armagedon.
Setibanya di lapangan, kami melihat anak2 seumuran kami sudah siap di tengah lapangan.
nervous jg ngeliat seragam olah raga sekolah mereka lebih keren dari kita. . biru donkers!, sedangkan seragam kita putih polet garis warna biru unyu.
“Jangan2 kemampuan mereka setingkat power ranger” pikiran aku mulai nggk jelas.
Tidak lama menunggu, akhirnya pertandingan di mulai #jengjengjeeng
diluar perkiraan ternyata melawan mereka tidak sesulit yg kami bayangkn, , bener klo ada orang yg bilang jgn takut sebelum mencoba.
apalagi dipihak kami ada Lili yg tinggi badannya bersaing ketat ama tower operator, ,itu menjadi keuntungan yg sangat signifikan bagi kami.
meski cuaca tidak bersahabat, mencrang caang tur panas kacida, namun kami berhasil memenangkan babak pertama.
terlihat bgt raut anak2 SD sawati yang kwalahan melawan kami, , hal ini brefek hidung kami brasa panjang gitu, hohoho . .
pas, mw masuk babak ke-2, anak2 SD sawati mengganti pemainnya.
dan kaget pissan, kami melihat anak2 segede-gede gorila masuk lapangan, kami ragu apa mereka bener2 anak SD?
tapi kami gk mw suudzon, mungkin mereka itu tidak naik kelas sampe 8 tahun. .kami pun meluangkan waktu sejenak untuk terharu, , karunya :(
babak ke-2 pun di mulai! #jengjengjeeng.
Ternyata bukan perawakan mereka aja yg kyk gorila, tp kekuatan mereka jg kayak gorila, , kuat beneerrrrrr
serpen mereka cepet, secepat pesawat F-16. . dan smash mereka teu euleum2 kayak bom atom hiroshima Nagasaki!!
Terbesit rencana buat ngelempar pisang ke arah mereka biar konsentrasi mereka kacau, tp sayang kita nggk bekel pisang.
sedangkan untuk pergi nyolong ke kebon pak haji dadang sudah tidak ada waktu. . ini membuat keadaan semakin genting!!!
perbedaan postur tubuh, usia, sama kekuatan yang terlihat jelas berbeda, membuat pertandingan semakin berat.
ingin rasanya menggunakan cakra kyubi agar kami menang, tp kyubi lagi sibuk dipake naruto bwt perang, adududuuuh.
meski kami sudah kirim sms ke komodo, tp itu tidak merubah apa2. . kami kalah. . #backsong sheilaOn7-berhenti berharap.
kekalahan ini membuat kami sedih, , hujan turun mengiringi kesedihan kami, tukang cilok pun ikut sedih.
Pak guru men cheer up kami yg sedang bersedih gulana, "semangat atuh, kan mau makan dirumah bapak".
Mendengar hal itu kamipun kembali ceria . .bukan, bukan karena ingat makanannya. tp, ingat bakal ketemu ajeng lagi :D . .its nyekil time XD

Perjalanan Malam

kejadian ini terjadi pada waktu pelantikan pramuka di SMA. Waktu itu saya sudah kls 3 dan sudah jadi DA (semacam ketua gitu). Jadi, acara pun dipimpin sama saya beserta DA lain.
perjalanan malam mnjadi seperti kegiatan wajib pada acara pelantikan pramuka di waktu itu
nah, tentu saja perjalanan malam ini muterin sekitar sekolah plus bonus muterin makam, ini mnjadi suatu uji nyali bagi anak2 baru.
kamipun sudah membagi tugas untuk orang-orang yang menjaga dan orang-orang yang ditugasin nakut-nakutin.
buat yg tugas nakut2in ada yg jd genderewo (semua badan n wajahnya d arengin *miris memang krn gk d arengin jg udh item darisananya), ada juga yang jd pocong. Yang jadi pocong itu ada 5 orang.
Sebelum menggunakan rute kuburan, kami meminta izin dulu k sesepuh pasantren setempat.
beliau mengizinkan, dengan syarat rute jangan lebih dari pohon besar yang ada di kuburan, , kamipun menyetujui.
ekstrakulikuler lain pun seperti taekwondo, pecinta alam dll ikut membantu kami dalam menjaga tempat perjalanan.
Anak-anak pecinta alam (PA) kebagian menjaga daerah makam,, dan ini nih biang keladi cerita ini.
anak-anak PA yg terkenal jahil malah menambah rute sembarangan, katanya "kurang jauh rute kuburannya" (what the . .  -___-")dan parahnya rutenya melebihi pohon besar ituh!!! #jengjengjeeng.

Saat itu kami (DA) gk tau yg di lakuin anak-anak PA.
Dan mulailah perjalanan malam, anak-anak satu persatu mengelilingi daerah sekolah dan makam.
Orang-orang yg nakut-nakutin juga udah pada siap nakutin.

genderewo dan suster ngesot ada d pinggir sawah. sedangkan pocong-pocong ada di sekitar makam. 
Yang jadi pocong semuanya laki-laki sdangkan perempuan jadi suara yg nangis-nangis gitu.
karena perjalanan ngelewati rute yang tidak diizinkan, akhirnya anak-anak kena akibatnya.
peristiwa itu yaitu, pocong yg seharusnya hanya ada 5 malah jd ada 6!!!
mengetahui hal itu, tentu semua anak-anak yang ngejaga pos beserta 4 pocong itu kabur keluar kuburan, ah loh kenapa cuma 4 pocong?
jadi, waktu itu semua anak-anak pada ketakutan dan lari karena melihat ada pocong ke 6 di belakang anak yang jd pocong ke 5
saat semua lagi kabur, si anak yg jd pocong ke 5 malah nengok ke belakang dan langsung berhadapan muka dgn pocong ke 6!
tentu saja si anak lngsug pingsan. . 

bukan, si anak bukan pingsan karena histeris ngeliat ketampanan si pocong,, 
tapi. . . ah bayangin sndiri deeh . .
mereka yang lari langung ke tempat kami dan ngelaporin kejadian, kami beserta sebagian pembina langsung k TKP.
disana (d kuburan) bener aja si pocong ke 5 lagi pingsan,, kami pun langsung membawa "dia" ke sekolah (dia di sini bukan pocong ke 6 tp ke 5).
nah, sialnya, semua kesalahan dalam kejadian itu d timpahin ke para DA (termasuk saya -__-) karena memang semua acara adalah tanggung jawab kami para DA.
saya yg waktu itu merangkap jadi anggota pramuka dan anggota PA mrasa sangat bersalah, karena gk bsa ngurusin anak-anak PA yg super jahil itu.
tapi, yasudahlah :p

Bandung, 1001 Cerita

Teringat ketika dalam perjalanan ke Bandung.

Dia tertidur, tepat di depan mataku.


Ini pemandangan terindah, mengalahkan keindahan kota Bandung itu sendiri.


Kota Bandung yang dijuluki paris van java karena keindahannya.

Ketika Bahasa Sanskerta Dijadikan Nama

Eka : Satu 
Dwi :Du
Tri : tiga
Catur : Empat
Panca : Lima
Yam : Enam
Sapta : tujuh
hasta : delapa
 Nawa :sembilan 
Dasa : sepuluh








kata-kata diatas merupakan kata dari bahasa Sanskerta.
kebanyakan dari orang tua memberi nama anaknya dengan urutan tersebut sesuai urutan kelahiran anaknya
contoh : 

kalo ada Purnama Eka Perasetya brarti anak pertama, 
dwi anggraini brarti anak kedua,
Ganisha Wijayatri brarti anak ke tiga.

Nah, untung saja orang tua saya gak ngasih nama sesuai urutan tersebut.
karena kalo iya, nama saya musti pake kata tri karna saya anak ke tiga,
brasa nggak rela gitu kalau nama saya jd Apiputri -___-

Lagu Anak-anak?


Pada waktu sore hari ada 2 orang melewati rumah saya. Sepertinya kakak beradik, yang satu perempuan sekitar anak SMP dan adiknya yang masih kecil (perempuan juga).
Saya tertarik melihat mereka bukan karena mereka bergandengan tangan. tp, krn lagu yg di ajarkan sang kakak kepada sang adik sepanjang perjalanan itu.
coba tebak lagu apa yang sang kakak ajarkan pada sang adik itu?
bintang kecil? (bukan), 
pelangi-pelangi? (bukan juga), 
balonku? (bukan. . coba lg),
naik-naik ke puncak gunung? (nah!. . bukan)
spanjang prjalanan sang kakak terus saja bernyanyi gini: "bi o way, bi o way" dan adiknya cuma bisa ngikutin kata-kata kakaknya dengan: " way. . way. ."
ternyata sang kakak ngajarin adiknya lagu 7icons!!, , yasalaam -___-"

Friday, March 30, 2012

Interactionist Paradigm

The interaction paradigm is one of the three major approaches we use to do sociology. It's associated with George H. Mead and others who focus on the ways we humans behave among ourselves through the use of language and its subjective meanings. In order to develop a sense of "self" and to get along with others we need to develop shared symbolic meanings. That's the focus of this approach. It focuses on individual relationships and is associated with social psychology.
In sociology, interactionism is a theoretical perspective that derives social processes (such as conflict, cooperation, identity formation) from human interaction. It is the study of how individuals act within society. Interactionist theory has grown in the latter half of the twentieth century and has become one of the dominant sociological perspectives in the world today. By using the term interactionist we refer to scholarship in the tradition of symbolic interactionism as well as other frameworks and perspectives that emphasize interpretations and meanings of social actions and interactions.
interactionist is a theoretical perspective that derives social processes (such as conflict, cooperation, identity formation) from human interaction. It is the study of how individuals act within society.
Herbert Blumer (1969) set out three basic premises of the perspective:
·> "Humans act toward things on the basis of the meanings they ascribe to those things."
·>"The meaning of such things is derived from, or arises out of, the social interaction that one has with others and the society."
·>"These meanings are handled in, and modified through, an interpretative process used by the person in dealing with the things he/she encounters."
Blumer, following Mead, claimed that people interact with each other by interpreting or defining each other's actions instead of merely reacting to each other's actions. Their 'response' is not made directly to the actions of one another but instead is based on the meaning which they attach to such actions. Thus, human interaction is mediated by the use of symbols and signification, by interpretation, or by ascertaining the meaning of one another's actions (Blumer 1962). Blumer contrasted this process, which he called "symbolic interaction," with behaviorist explanations of human behavior, which does not allow for interpretation between stimulus and response. Blumer believed that the term symbolic interactionism has come into use as a label for relatively distinctive approach to the study of human group life and human conduct.

The interactionist paradigm is most focused on meaning-making and interactions among human beings. Within this broad paradigm, (which is not mutually exclusive of the conflict paradigm), the social world is seen as consisting of fluid, contingent meanings created by people, which need to be understood within their own material and imagined contexts. Imagined contexts are the collective memories and actions that people share about a particular place or experience (Anderson 1991).  The primary goal of interactionist paradigm is to understand the social world and its collectivities (i.e. representations of multiple groups) by examining how people construct and act in their social worlds. While there are multiple varieties of interpretive approaches, they share the perspective that the social world is produced and reproduced through constant engagement with other and oneself, made possible through language and shared understandings and interpretations. Interactionist theories do not assume that the meanings of things are inherent or intrinsic to those things, but rather they are mutually and collectively constructed and define and can be redefined as human interact with another (Blumer 1969; Strauss 1993).






References
Russell James. (2004). What is Language Development?: Rationalist, Empiricist, and Pragmatist Approaches to the Acquisition of Syntax. New York. Oxford University Press Inc.
Kess Joseph. (1984). Psycholinguistics: Psychology, Linguistics, and  the Study of Natural Language. Amsterdam. Josh Benjamin Publishing Company.